Lihatlah dia

Waktu itu masih bulan ramadhan, biasa, kalau awal ramadhan banyak orang yang masih semangat untuk sholat tarawih (begitu juga aku). Suatu malam waktu aku ke masjid untuk sholat tarawih, aku melihat seorang laki- laki seperti orang yang (maaf) bego. Dia selalu rajin sholat ke masjid, bukan cuma sholat isa dan tarawih saja tapi juga sholat wajib yang lain. Tiba waktu untuk pulang kampung, dan selama aku tidak di Yogyakarta aku juga tidak melihatnya. Saat aku kembali ke Kota ini, aku pun ingin melihat apakah orang itu masih tetep rajin sholat berjamaah di masjid. Azdan asar terdengar tidak lama aku masuk kamar kos yang masih kotor, aku langsung bergegas kemasjid (jangan ditiru, sholat di masjid hanya untuk memastikan seseorang masih istiqomah apa tidak). Dan waow...dia masih tetep terlihat di masjid waktu sholat asar, dan aku yakin dia sholat berjamaah di masjid bukan hanya saat bulan ramadhan tok. Mulai saat itu aku sering melihat dia di masjid saat waktu sholat tiba, dan lama- lama aku pun tahu dia bukan orang (maaf) bego. Ternyata dia tidak di anugerahi oleh ALLAH pendengaran dan pita suara, karena aku pernah lihat dia berbicara sama orang lain dengan bahasa isyarat. Hanya sebuah tanya, bagaimana dia bisa mendengar suara azdan ?.

Saat itulah nurani-ku berteriak keras :: lihat dia...!!! orang yang tidak di anugerahi oleh ALLAH pendengaran dan pita suara, dia bisa selalu mengunjungi rumah ALLAH untuk beribadah, tidak bertanya tentang keadaannya, tidak protes dengan apa yang sudah di terimanya. Sama sekali tidak mengeluh, dia selalu bersyukur dengan menjalankan apa yang di perintahkan-NYA. Lihatlah dia, apa kamu tidak malu sama orang itu...? ::. Teriakan nurani yang membuatku malu, teriakan nurani yang membuat aku merasa hamba yang paling hina. Seorang yang tidak di beri nikmat berbicara dan mendengar, dia bisa istiqomah menjalankan perintah ALLAH. Tapi aku...? Masjid yang kelihatan dari pintu kamar, hanya beberapa langkah dari Masjid. Tapi suara azdan yang menggema dan begitu jelas terdengar di telingaku, tidak sedikitpun memalingkan mataku dari monitor komputer. Suara langkah orang- orang yang berjalan menuju Masjid, seakan tak terdengar oleh telinga yang tertutup ocehan setan.

No Response to "Lihatlah dia"

Post a Comment