Untuk Apa Aku Di sini ?

Siang mulai memperlihatkan kekuatannya, langkah kaki sudah mulai gontai. Dalam hati aku berucap, ”Aku sudah nggak masuk kuliah lagi, kenapa hari ini aku males banget?”. aku terus berkata dalam hati, dan langkah kakiku terus melambat.

Huh, ahirnya sampai juga”, aku berkata lirih saat sudah sampai di depan pintu kamar kos. Dengan cepat aku masuk kamar, karena tenggorokan sudah nggak kuat menahan rindu dengan air yang ada dalam gelas. Tak lama aku duduk, mataku menangkap sebuah kertas cokelat yang terselip dalam rak buku. ”Oh ya, aku belum baca isi surat dari adikku”, aku berkata lirih. Tiga hari yang lalu adikku mengirimkan permintaanku, yaitu berkas- berkas untuk mengajukan beasiswa. Tanganku meraih kertas cokelat itu, dan langsung membukanya. Aku ambil secarik kertas di dalamnya, dan mataku langsung tertuju pada tulisan adikku yang sangat rapi.


Assalamu’alaikum Wr. W.b

Mas-ku sayang, ini sudah aku kirim apa yang mas minta. Dah lengkap to ?

Kata Ibu, Beliau pasti akan selalu do’ain anak- anaknya, termasuk mas.

Salam sayang dan kangen dari Ibu dan dariku.


Wassalamuaikum Wr. Wb

Adikumu Tersayang



Mataku terasa basah, saat membaca tulisan adikku. Tulisan yang sangat simpel, pendek, tapi menampar mukaku. Dan aku tak mampu untuk menahan air yang sangat jarang menggenang di mata ini, ya.....ahirnya aku menangis. Tangis yang membuat aku merasa bagaikan anak yang tak tau diri, Ibu yang selalu mendo’akan aku dalam setiap sujudnya, Ibu yang selalu memberikan kasih sayangnya untuk selalu memberi semangat untukku, Ibu yang menahan rasa ingin bertemu dengan aku. Tapi di sini, disudut kota yang sangat jauh dari dirinya. Aku duduk dengan sangat nyaman, membiarkan rasa males menjajah tubuhku, membiarkan ocehan- ocehan setan untuk menang.

Tanganku menyeka air mata yang sulit aku bendung, terus dan terus mengalir. Angin yang masuk lewat jendela kamar membelai lembut hatiku, seolah dia tahu apa yang aku rasa saat ini. Dan aku coba menghentikan tangisku, karena merasakan lembutnya belaian tangan Ibu lewat angin yang berhembus tanpa henti. Memaksa otakku untuk mengingat, mengingat kata- kata yang menjadi pegangan, kata yang terucap dari bibirku saat untuk pertama kali kaki ini menginjak tanah kota ini, ”UNTUK APA AKU DI SINI ?”

No Response to "Untuk Apa Aku Di sini ?"

Post a Comment