Kurang waras,……?

Pertama tinggal di Janturan, aku benar- benar seperti orang asing. Bukan sama anak- anak kos, tapi kepada masyarakat sekitar. Sebagai anak kos aku berprinsip harus ramah, apalagi kepada warga disekitar kosku. Senyum pertama aku dapat dari seorang wanita setengah baya yang pake jilbab tapi tidak rapat (masih kelihatan rambut), hanya sehelai kain yang di tutupkan di kepala. Aku pun tersenyum, karena dia senyum duluan sama aku. Hari berganti hari, aku sudah merasa bukan orang asing lagi, warga mengggap aku dan anak- anak kos yang lain seperti warga asli. Begitu juga aku mengerti tentang wanita setengah baya yang sangat suka tersenyum, bukan cuma sama aku tapi juga sama orang –orang yang kebetulan lewat di jalan deket tempat tinggalnya.

Suatu hari aku jalan bareng temen kosku, yang sudah lumayan lama kos disitu. Kebetulan wanita itu ada di pinggir jalan sambil membersihkan jalan dengan sapu, meskipun saat itu pukul satu siang. Kali ini aku tersenyum dengannya sambil menundukkan kepalaku, dan seperti biasanya dia pun tersenyum, tapi kali ini sambil nyolek aku. Aku pun kaget, sambil agak menghindar dari tagannya. Temenku terlihat tersenyum- senyum, sambil terus berjalan disampingku. Aku langsung melontarkan tanya, “ kenapa tersenyum- senyum sendiri ? “. Sambil mengencangkan suara tawanya dia menjawab, “ Dia tu agak kurang waras “. Aku lumayan terkejut mendengar jawan temenku, dengan muka yang aku sembunyikan karena malu. Sebenarnya aku sempet curiga, tapi aku tidak mau mengada – ada alias su’uzdon. Ternyata selama ini aku tersenyum dengan orang gila, berarti aku juga gila dong. Ah…, tapi kan aku tidak tahu.

Tapi tak sedikitpun aku memendang sebelah mata kepada wanita itu, malah aku ambil pelajaran dari dia. Seseorang yang (maaf) kurang waras, tapi ada ilmu yang ada pada dirinya. Aku melihat dia sering sholat berjama’ah di Masjid, meskipun sholatnya pun dengan senyum- senyum. Mencuci pakaiannya sendiri, menyapu halaman Masjid dan jalan deket Masjid. Dan masih banyak lagi hal positif yang dia lakukan.

Seorang yang (maaf) kurang waras, dia masih ingat sama Tuhannya. Kita yang masih sadar, masih waras, kadang- kadang bahkan sering melupakan Tuhan. Melupakan Allah yang banyak melimpahkan banyak nikmat, tapi kita tidak ada rasa terimakasih malah sering berpaling. Aku jadi bertanya dalam hati, apakah kita yang sebenarnya tidak waras..?


No Response to "Kurang waras,……?"

Post a Comment