Cerita Tentang Ayah

Dua anak manusia (Surti Dan Panjul) sedang duduk di taman, mereka terlihat asyik menikmati obrolan yang terdengar santai. Dalam obrolan mereka, terdengar Tanya dari Surti, “ Aku pengen dengar cerita tentang seorang laki- laki yang sangat aku rindukan hangat peluknya, laki- laki itu adalah Ayah. Kamu mau kan cerita tentang dia ? ”. Panjul terdiam sebentar lalu melontarkan Tanya, “ Tapi aku cuma bisa cerita tentang Ayahku, gak apa- apa kan ? “. “ Gak apa- apa kok “, jawab Surti. Terlihat Panjul berfikir, dan tak lama dia mulai membuka mulutnya. “ Dari kecil aku sudah terbiasa jauh dari seorang Ayah, Beliau harus bekerja di luar kota sedangkan aku harus tetap di kampung. Sekali sebulan Ayah pulang, dan saat itulah aku bisa bercengkrama dengan beliau. Itu berlangsung sampai aku lulus SMA, karena itulah aku lebih dekat sama Ibu dari pada sama Ayah ”. Tatapan Panjul mengarah ke wajah Surti yang sedang tertunduk, dengan tetap melanjutkan ceritanya. “ Aku sempat kecewa dengan Ayahku, karena aku berfikir bahwa Ayahku pilih kasih. Beliau lebih mendahulukan keperluan Abangku dan Adikku dari pada aku, saat itu aku sangat kecewa ”. Panjul menarik nafas panjang karena harus mengingat peristiwa yang membuat dia kecewa, tapi Panjul berusaha tenang demi seorang Surti yang sangat ingin mendengar cerita tentang Ayah.
Wajah Surti masih menunduk, dan suara Panjul masih terdengar. “ Aku sering adu argumen, debat, dan tukar fikiran dengan Ayah. Meskipun kadang- kadang membuat aku atau Ayahku terlihat marah, tapi itu cuma sebentar. Karena selalu ada perbedaan pandangan tentang apapun antara aku dan Ayahku, tapi itu yang membuat aku merasa mempunyai seorang Ayah yang hebat “.
Panjul memindahkan posisi kakinya yang mulai pegal, tapi Surti masih tenang dengan posisinya “. Aku melihat kekurangan- kekurangan yang ada pada Ayahku, tapi itu aku jadikan pelajaran untuk tidak aku tiru. Dan banyak sekali yang pengen aku tiru dari Beliau, dari cara Beliau memandang kehidupan, dari kebijakasanaan yang beliau tunjukin sama anak- anaknya.”. Kembali Panjul menatap Surti, tapi Surti masih menundukkan kepalanya. “. Baru sekarang aku faham, betapa sayangnya Ayahku sama aku. Ya…., saat aku harus jauh dari Ayah dan keluarga yang lain. Beliau selalu menanyakan keadaan aku disini, selalu memberikan nasihat- nasihat yang membuat takut untuk mudah meyerah. Itulah Ayahku, seorang laki- laki yang tak pernah marah. Seorang yang sangat bisa mengerti orang lain, sangat faham dengan keadaan. Seorang pekerja keras, meski kini keriput sudah mulai terlihat di wajahnya. Seseorang yang sangat suka bercanda, meski terlihat lelah dalam tubuhnya. Seorang sahabat bagi aku, yang selalu bisa membangkitkan aku saat aku tersungkur. Dengan kata- katanya, dengan apa yang beliau perbuat untuk aku”. Lagi- lagi Panjul mengambil nafas panjang dan berkata, “mungkin hanya itu yang bisa aku ceritain sama kamu, kalau kurang tar aku ceritain lagi lain waktu”. Tapi Surti masih saja menyembunyikan wajahnya, tidak berkata sepatah katapun. Panjul tidak tahu apa yang Surti pikirkan, dan Panjulpun ikut terdiam sambil melihat anak- anak kecil yang sedang asyik bermain- main di taman.

No Response to "Cerita Tentang Ayah"

Post a Comment