Jangan kasihani aku

Langkah kaki Panjul terlihat lelah, matanya enggan untuk menatap lurus kedepan. Di kelopak matanya tergenang air kesedihan, yang sebenarnya tidak ingin mengalir. Sapaan dari terik mentari yang ganas, tak merobohkan tubuhnya yang lesu. Sampai langkah kakinya terhenti ditepi sungai, dibawah rindang pohon. Bersandar tubuhnya untuk berbagi kesedihan kepada sang puhon, dan dedaunan pun ikut menghibur Panjul dengan menaungi dari panas yang menyengat. “ kenapa kamu Njul ? “, terdengar suara Surti sahabat Panjul. Panjul tak memalingkan mukanya dari tatapnya dari bening air sungai, meskipun Surti kini sudah ada tepat disampingnya. “ kenapa sih manusia selalu melihat manusia lain dari fisik dan harta, terus apa memang manusia seperti aku pantas untuk dihina dan dicaci “, tanya panjul dengan menatap mata Surti tajam. “ Emang mereka tidak merasa kasihan sama kamu ?, aku jadi merasa kasihan sama kamu Njul “, jawab Surti enteng. Tatapan mata Panjul kembali terlihat sangat tajam, sambil terucap dari mulutnya “ Sayangi aku, jangan kasihani aku “.

No Response to "Jangan kasihani aku"

Post a Comment