tanya si Panjul

Bersama dengan bernaungnya matahari di balik tenangnya malam, Panjul tertunduk lesu. Di dalam fikirannya bertumpuk tanya, dalam hatinya terisikan kegundahan. Dia semakin letih, saat harus melihat taburan bintang. Meskipun dia tau sang bintang bermaksud menemaninya, maskipun dia sadar sang bintang akan memberinya sebuah keindahan. Panjul lalu membuka mulutnya, mencoba bertanya pada bintang. wahai titik- titik cahaya nan cantik, apakah salah kalau aku munafikkan cintaku padanya. Karena aku takut, cintaku ini akan mengalahkan cintaku pada yang menciptakanmu ? . Titik- titik cahaya itu pun masih tetap menunjukkan keindahannya, meskipun tak ada jawaban dari cantik kerlipnya. Pnjul kembali tertunduk dengan mata yang merah, ternyata sang bintang hanya ingin menghiburnya. Panjul kembali mencoba menatap lurus kedepan, untuk melupakan keindahan bintang. Dan tidak salah, dia melihat kunang- kunang yang terbang tepat di depannya. Matanya menatap tajam indahnya keindahan yang Tuhan berikan kepada hewan itu, sampai senyum sedikit tersungging di bibirnya. Tapi tak lama Panjul kembali melontarkan tanya wahai cahaya yang bisa terbang, apakah salah kalau aku merelakan cintaku padanya hilang. Karena aku takut hanya demi cinta untuknya, malah melenyapkan cintaku pada yang memberi cahaya indah di tubuhmu ? . Dan kunang- kunang masih terbang dengan memamerkan keindahannya, tapi tak terlontar jawab darinya. Panjul pun kembali lesu, matanya mulai ingin meneteskan air yang sangat jarang keluar. Dan dia kembali bertanya Tuhan, kalau memang Engkau izinkan aku untuk mencintainya, tanamkanlah dalam hatinya cinta untuk_MU. Tapi kalau tak Kau izinkan aku mencintainya, biarkan aku tetap memilih untuk mencintai_MU. Agar tak lagi aku terjerumus dalam cinta yang bukan karena_MU, dan sampai Engkau kirimkan untukku seorang hawa yang akan menemaniku . Matanya yang tak bisa menahan air yang sudah membasahi pipi, mulai terpejam. Berharap mimpi indah akan selalu menghiasi malamnya, berharap saat ayam jago mulai menunjukkan indah suaranya, tak akan ada lagi tanya yang membuatnya layu.


No Response to "tanya si Panjul"

Post a Comment