Fenomena TBO

Teori Bahasa Automata, salah satu mata kuliah yang wajib di tempuh semester ini. Aku dan temen- temen suka menyebut mata kuliah ini dengan Teori Bahasa Otomata (TBO), gak beda sih, cuma lebih mudah untuk di ucapkan. Terus, apa yang membuat mata kuliah ini jadi fenomena ? ceritanya panjang dan lama. Berawal dari jarang banget mengikuti kuliah TBO, patinya aku jarang banget masuk kuliah TBO. Cuma pertemuan pertama, dan selanjutnya gak pernah masuk. Sampai akhirnya denger akan ada quiz, dan aku pun masuk kuliah lagi untuk ikut quiz. Yang menjadikan TBO itu sebagai salah satu fenomena adalah pas datang ujian MID, aku dan beberapa temen kayak orang linglung menghadapi MID. Itu karena pas quiz, kita gak bisa sama sekali ngerjain soalnya. Otak pun diputar samapi 180 derajat, untuk mikirin bagaimana aku bisa ngerjain soal MID. Ketemu…! Aku harus belajar, ya aku harus belajar. Tiga hari sebelum hari H (ujian TBO), aku minta asisten untuk ngajarin. Tempat di Hall kampus, pukul 10.00 waktu Jogja. Kaget, ternyata yang masih blank ma TBO bukan cuma aku. Banyak banget temen- temen yang notaben-nya sering masuk, ternyata sama seperti aku “ belum ngerti “. Asisten yang aku minta untuk ngajarin aku, ternyata sudah gak kelihatan di kerubungi temen- temen. Aku pun memutuskan untuk mengundur pelatihan TBO-nya, pukul 13.30 dengan tempat yang sama. Akhirnya dengan sedikit penjelasan dari asisten, aku mendapatkan sedikit titik terang dari ketakmengertianku tentang TBO. Dua hari sebelum hari H, setelah ujian Statistik yang soalnya gak terlalu membuat aku ketakutan. Aku dan pasukan pencari tau TBO, mendatangi kos salah satu temen yang dikenal sebagai mahasiswi “pintar”. Dengan berbekal alen-alen, gorengan, serta choki-choki yang gak bisa kita dapetin, kita pergi menyogok temen yang pintar itu agar dia bisa ngajarin TBO pada kita. Belum sampai di kosnya, kita minta di jemput. Karena kita gak tahu alamat kosnya, sebab terlalu jauh untuk kita datengi tiap hari. Kita pun di persilahkan untuk duduk, saat sampai di tempat yang kita tuju. Bahan pangan yang kita bawa pun langsung kita keluarin, dan memonggokan dia untuk mencicipi. Kita pun larut dalam lantunan syair- syair yang keluar dari kidung TBO, dan enaknya gorengan. Sampai tenggorokan kita terasa kering, dan datanglah air setengah ceret. Tapi bukan cuma ceret yang dateng, tapi tak lama dia juga ngeluarin hal yang menajubkan, pudding, pilus putih panjang, dan kerupuk coklat ( nama samaran, aku gak tahu namanya apa ). Gile cing, kita yang minta tolong ma dia malah di suguhi makanan. Dan suguhan dari dia, jelas lebih jos dari yang kita suguhin. Pelajaran selesai, pudding pun habis, tapi tidak dengan pilus putih panjang dan kerupuk coklat. Matahari sudah tak tampak dari pandangan, saat kita pamit undur. Alen- alen pun kita bawa lagi, dengan tambahan dua toples yang berisi pilus putih panjang dan kerupuk coklat. Ya, kita di suruh bawa makanan yang dia suguhin tadi. Sebenarnya sih malu, tapi malu itu kita simpan, karena makanan itu enak bro.

Satu hari menjelang hari H, pasukan pelatihan TBO menyatronin kos temen kita lagi. Tapi bukan yang kemarin, tapi yang lebih deket dengan kampus. Dan ternyata dia (yang temen yang kemarin ngasih dua toples beserta isinya) ada disitu, karena kebetulan mereka satu gank. Kembali kita larut dalam buaian TBO, dengan diselingi guyon- guyon khas Jogja. Setelah sekian jam berlalu dengan TBO, kita pamit untuk memulangkan diri. Malam sebelum hari H, para pejuang TBO kembali berkumpul di kosku. Ya ngapain lagi kalau bukan membicarakan tentang TBO lagi, dan lagi.

Dengan senjata yang aku dapat tiga hari kemarin, aku pun berangkat perang dengan TBO. Tujuh soal yang ada di depanku, tidak sedikitpun membuat aku gentar. Satu persatu soal aku hajar dengan jurus yang sudah aku pelajari, meski ada beberapa soal yang membuat aku kualahan. Dan ada satu soal yang mengalahkan aku, aku gak mampu ngerjain soal itu. Tapi alhmadulillah secara keseluruhan aku puas, dengan apa yang aku lakukan sebelum ujian, dan juga pas ujian. Semuanya membuat aku tersenyum lepas, karena aku bisa melewati TBO – The Fenomenon dengan baik.

No Response to "Fenomena TBO"

Post a Comment