Jangan Duduki Kakak Saya

Langkah kecilnya begitu mantap, berjalan menuju kami yang asyik bergurau. Tatapan matanya kosong, entah apa yang dia lihat sekarang. Anak itu pun semakin mendekat, dan suaranya yang mungil berkata “ jangan duduki kakak saya ! “. Suara itu membuat suasana hening, ada hal yang tidak kami mengerti. “ jangan duduki kakak saya ! “, kembali suara itu muncul dari bibirnya. Tanganya mencoba mengusir kami, yang duduk di sebuah makam berukuran kecil berkeramik. Kami hanya mengikuti apa perintahnya, dan menyingkir dari makam itu. Lantas dia duduk di atas makam, mengusap- usap keramiknya. Kami melihat tatapan matanya semakin kosong, seakan fikirannya melayang sangat tinggi. “ Ma, pasirnya di buka ya ? “, anak itu bertanya kepada seorang Ibu yang hanya memandangnya dari jauh. Terlihat Mata sang Ibu sedih, sangat sedih. “ jangan dik ! “, suara Ibu itu hambar. “ Kenapa ? entar kakak bangun ya ? “, jawab anak itu sambil menatap tajam ke arah makam. Tangannya meraih tanah disamping makam, di ambil dan di buang. “ Ma, dibuka ya ? ”, kembali dia memaksa. Tatapan sang Ibu semakin sayu, melihat anaknya. “ jangan adik, biar saja kakak tidur disitu. Ayo kita pulang! “, tangan Ibu melambai mengajak anaknya. Tubuh mungil itu beranjak, melangkah menuju sang Ibu. Mereka berlalu, meninggalkan kami yang masih tertekun. Dan sekilas aku lihat makam itu, lahir : 1997 – meinggal : 2003. Lirih aku berucap, “ maaf, dik “.

No Response to "Jangan Duduki Kakak Saya"

Post a Comment