Ibu : Terimakasih Nak

Mata ini masih perih, menahan kantuk yang sangat. Malam tadi, tak cukup buat aku bermimpi. Terlalu singkat aku memejamkan mata, hingga tak sempat tanganku meraih indahnya bunga dalam tidurku.

Pagi ini, setelah aku tundukkan wajahku, setelah kepala ini aku hentakkan di atas sajadah. Suara terdengar begitu merdu, keluar dari benda kecil, yang selama ini menemaniku. Tertulis sebuah nama yang indah, yang selalu membuat aku tersenyum, Ibu.

Seutas do’a terdengar menyentuh kepalaku, tulus menghujam hati, ”Assalamu’alaikum”. Suaranya sengau kali ini, apa dia sakit?ah, mudah-mudahan sehat selalu menemaninya. Perih rasanya mendengar suara itu, suara yang dulu sangat indah, kini sudah berubah seiring berjalannya waktu. Mataku pun sembab, menahan air yang memaksa untuk keluar. ”Wa’alaikumussalam, apa kabar Ibu?”, senandung do’a aku balas untuknya. Fikiranku melayang, menerobos jarak yang cukup jauh, menuju sebuah desa kecil, menuju sebuah halaman rumah tempat aku bermain dulu, menuju setiap sudut rumah tua, dan bersimpuh di pangkuan Ibu. ”Alhamdulillah sehat, kamu?”, tangannya mengangkat kepalaku yang tertunduk, yang membuat aku sadar. ”Alhamdulillah Bu, aku sehat”, jawabku dengan kata yang belum terangkai sempurna.

Ah, aku selalu terbayang setiap sudut rumah, saat dia menelfon aku. Suaranya yang lembut, belaiannya yang hangat, atau tatapnya yang sangat menyejukkan. Semua menyertai setiap kata yang terucap, tak tertinggal satu pun keindahan-keindahan itu. Seakan dia datang di depanku, duduk dan memperhatikanku sangat dalam. ”Nak, terimakasih untuk jilbabnya”, ucap yang melegakan hati. Setelah dua hari yang lalu aku kirimkan sebuah jilbab untuk Ibu, akhirnya sampai ke tangan Ibu yang lembut, dan menghiasi wajah cantik wanita itu. ”Bagus banget nak, pasti mahal ya harganya”, suara Ibu terdengar lagi. Ya, dia selalu tanya harga setaiap aku beli sesuatu untuknya. ”Gak kok bu, biasa saja, gak terlalu mahal”, ucapku melegakan hatinya. ”Ya udah, Ibu cuma nanya. Ibu juga pesan, jangan terlalu memaksakan beli sesuatu untuk Ibu. Uang yang kamu cari, pakailah untuk kebutuhan kamu dulu”, kembali suara merdunya tak henti menasihati aku. ”Iya bu”, suaraku mengecil. ”Sudah dulu ya, Ibu mau melanjutkan kerjaan Ibu. Jangan lupa berdo’a dan terus berusaha, dan jangan pernah kamu melupakan Allah. Untuk jilbab ini, terimakasih nak. Assalamu’alaikum”, ucapnya kembali merasuk kedalam tubuhku. ”Wa’alaikumussalam”, jawabku.

InsyaAllah Ibu, setiap kata yang keluar darimu adalah cambuk untukku. Yang selalu menjadi perisai, untuk mengahalangi pedang-pedang setan yang mendekatiku. Apa pun akan aku usahakan untuk membuatmu tersenyum, seberapa mahal harga sebuah jilbab, dibanding dengan cantiknya wajahmu saat memakainya. Satu inginku untuk diriku belum terwujud, tapi aku gunakan inginku itu untuk membahagiakanmu.

No Response to "Ibu : Terimakasih Nak"

Post a Comment